Sosiologi Punya Ibu Kandung
![]() |
Foto: Ibnu Khaldun |
![]() |
Foto Auguste Comte, Bapak Sosiologi |
Ibnu Khaldun dan Auguste Comte Sebagai Bapak Sosiologi
Tak di pungkiri lagi, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sosial telah diakui menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang mampu berdiri sendiri. Sosiologi tentunya tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada pencetus dasarnya atau yang dikenal dengan Bapak Sosiologi, yakni; Ibnu Khaldun dan Auguste Comte. Kedua tokoh inilah yang diakui peletak dasar ilmu sosiologi dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Jika Ibnu Khaldun menggunakan metodologi Historis dalam mengkaji masyarakat, maka Auguste Comte sama dengan Ibnu Khaldun pula, sebab Auguste Comte juga menggunakan metodologi Historis dalam mengkaji masyarakat, yang dikenal dengan hukum Tiga tahap. Baik Ibnu Khaldun maupun Auguste Comte, sama-sama menjadi peletak dasar ilmu sosiologi dengan tataran tertentu. Akan tetapi, spesialisasi ilmu sosial lebih pada Auguste Comte, sebab ia mampu memberikan satu nama ilmu dalam kajiannya yakni sosiologi. Kedua tokoh filosof inilah, yang dikatakan sebagai bapak sosiologi.
Sosiologi Punya Ibu Kandung
Kalimat "sosiologi Punya Ibu Kandung" sebenarnya, hasil dari pertanyaan dari penulis yakni, jika sosiologi memiliki ayah atau bapak, lalu siapakah Ibunya? Pertanyaan inilah yang melatar belakangi sehingga penulis akan menguraikan apa maksud dari kalimat sosiologi punya Ibu kandung. Sebuah ilmu, khususnya ilmu pengetahuan duniawi, tentunya memiliki tataran kajian yang lahir dari para pemikir-pemikirnya (filosof), dengan kata lain sebuah ilmu lahir tidak dengan sendirinya melainkan ada yang menjadi peletak dasar ilmu tertentu. Sebagai contoh, ilmu ekonomi, pencetusnya adalah Adam Smith, Antropologi Indonesia pencetusnya Konjaraninkrat, dan ilmu lainnya. Begitu pula dengan sosiologi memiliki pencetus, awal yakni Ibnu Khaldun dan Auguste Comte, sehingga disebut sebagai bapak sosiologi. Selain itu pula, sebuah ilmu ketika memiliki tokoh-tokoh sebagai peletak dasar ilmu tersebut, tentunya ilmuwan itu, memiliki latar belakang filosofi yang dimana sebagai metode untuk melahirkan sebuah ilmu yang baru. Tak pelak lagi, Filosofi, disatu sisi menjadi ilmu pengetahuan disisi lain menjadi sebuah metode untuk melahirkan ilmu baru, sehingga filosofi dikatakan sebagai induk ilmu pengetahuan, yang dimana memiliki kebenaran. Dengan kata lain, filosofi sebagai ilmu pengetahuan dan metodologi kebenaran, sebab salah satu tokoh filosof yakni Phitagoras pernah mengatakan bahwasanya filosofi artinya ilmu tentang kebijaksanaan atau kebenaran. Dengan demikian Filosofi sebagai induk ilmu pengetahuan, benar adanya, sebab mampu melahirkan ilmu yang baru yang telah teruji kebenarannya. Begitu pula dengan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, tentunya tidak lahir dengan sendirinya, melainkan sosiologi dicetus oleh filosof dengan teknik filosofi, sehingga lahirlah ilmu sosiologi. Sosiologi lahir, dalam filsafat positivisme yang dicetus oleh bapak sosiologi yakni Auguste Comte pada abad ke19, dalam karyanya "The Course of Positive Philoshopy" (1798). Dalam karyanya tersebut Auguste Comte menamakan ilmunya dengan sebutan "sosiologi". Yang dimana terdiri dari dua kata socius dan logos. Socius artinya teman, kawan, atau masyarakat, sedangkan logos artinya ilmu, jadi sosiologi artinya Ilmu tentang masyarakat. Sosiologi Punya Ibu kandung? Tentunya jelas kalimat tersebut, sebab sosiologi lahir dalam rahim filsafat positivisme yang di cetus oleh bapak sosiologi Auguste Comte. Olehnya itu, kita bisa menarik benang merahnya bahwasanya sosiologi disatu sisi memiliki bapak yakni Auguste Comte, disisi lain Sosiologi memiliki Ibu kandung pula yakni filsafat positivisme. Sehingga kalimat "Sosiologi Punya Ibu Kandung" benar-benar adanya, sebab sosiologi lahir dalam rahim filsafat positivisme dan filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan benar juga demikian, karena filsafat mampu melahirkan ilmu baru...
0 komentar: